BPSIP Aceh Hadiri Duek Pakat Kakao Aceh di Sabang
Forum Kakao Aceh (FKA) menggelar musyawarah atau duek pakat di Kotamadya Sabang pada Selasa (22/8). Kegiatan tersebut dilaksanakan pada lahan kakao milik petani di Desa Paya Seunara, Kecamatan Sukakarya, Sabang yang dihadiri 65 peserta dari Provinsi dan kabupaten/kota se Aceh. Pertemuan tahunan Duek Pakat Kakao Aceh (DPKA) X Tahun 2023 dihadiri para penggiat kakao di Aceh.
Ketua Forum Kakao Aceh Ir. T. Iskandar, M.Si dalam laporannya menyampaikan bahwa Duek Pakat Kakao Aceh yang ke X ini mengambil tema “Sistem Budidaya dalam Menghadapi Iklim Ekstrem Menuju Hilirisasi Kakao”.
Menurutnya, pengusungan tema ini sangat erat kaitannya dengan kondisi dan isu aktual yang terjadi yaitu perubahan iklim global yang menyebabkan kekeringan ekstrim (fenomena El Nino) sehingga komoditas perkebunan kakao ikut merasakan dampaknya.
“Kondisi iklim sekarang menjadi momok bagi petani termasuk petani kakao. Oleh sebab itu kami mencoba mencari solusi atas persoalan tersebut dengan menggelar diskusi pada duek pakat kakao kali ini dengan tema tentang perubahan iklim” Ujar T. Iskandar.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Ir. Huzaimah, M.P dalam sambutannya menyebutkan kondisi eksisting perkebunan coklat (kakao) di Provinsi Aceh kini sebagian besar sudah tidak produktif disebabkan usia tanaman yang tua, sehingga perlu dilakukan peremajaan.
Beliau menambahkan bahwa agenda tahunan FKA ini sangat penting sekali karena akan menghasilkan banyak ide, gagasan dan inovasi dari seluruh pegiat kakao di Aceh pada pertemuan tersebut.
“Semoga duek pakat ini akan melahirkan berbagai gagasan, menumbuhkan industri baru dan inovasi teknologi sehingga berbagai persoalan yang dihadapi pelaku kakao khususnya petani dapat dicarikan solusi” harap Kadistanbun Aceh.
Pada kesempatan tersebut Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dr. Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa Duek Pakat seperti ini sangat bermanfaat dan dapat dicontohkan oleh petani lain pada wilayah berbeda.
Pj Walikota Sabang Drs. Reza Fahlevi, M.Si dalam arahannya mengatakan Sabang merupakan kawasan wisata maka perlu didukung dengan berbagai komponen lain seperti industri hilir pertanian dalam hal ini produk turunan dari Kakao sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.
“Selama ini industri hilir itu masih sangat sedikit di Sabang, hanya ada Cokinol. Kami berharap hal serupa harus hadir di Sabang sehingga turis bisa menikmati produk kakao langsung di kebun. Misalnya, melihat proses produksi kakao dan kearifan lokal serta budaya kita” harap Reza Fahlevi.
Secara terpisah, kepala BSIP Aceh Firdaus, S.P., M.Si yang ikut hadir pada acara DPKA itu bersama Koordiantor Program dan Evaluasi Husaini, S.P., M.Si secara prinsip mendukung penuh kegiatan pertemuan tahunan FKA tersebut. Menurutnya, acara duek pakat itu merupakan ajang tukar informasi dan inovasi.
“Karena kita sebagai lembaga baru dengan tupoksi standardisasi sektor pertanian tentu dengan adanya momen seperti ini bisa menjadi peluang untuk melihat standar-standar yang mau kita sesuaikan pada komoditas kakao” tutur Firdaus. (HY)